The Conjuring: Last Rites mengajak penonton menelusuri pengalaman terakhir Ed & Lorraine Warren. Kasus supranatural dalam film bukan sekadar sentuhan teror, tapi penyelaman ke isu keimanan, dinamika keluarga, dan perjalanan batin Lorraine menghadapi ancaman yang semakin nyata.
Lokasi rumah tua di Connecticut membawa atmosfer yang kental dengan misteri dan nostalgia, menambah kekuatan pesan perpisahan dalam saga waralaba ini.
Analisa Sinematik
Sisi sinematik film ini jadi sorotan istimewa, berkat detail visual, chemistry aktor utama, hingga desain audio yang mendukung nuansa setiap adegan.

Gaya Visual, Atmosfer, dan Tata Suara
Kolaborasi sinematografer Michael Burgess menghasilkan tampilan visual yang tegas dan menghidupkan ketegangan. Cahaya redup, lorong sempit, serta penggunaan properti antik, mulai dari foto keluarga sampai perabot lawas, memperkuat nuansa misterius. Atmosfer terasa hidup dengan scoring Joseph Bishara yang menggabungkan instrumen vintage (piano, biola gesek) dengan sentuhan modern digital.
Efek suara, seperti lantai berderit, bisikan lembut, nafas tertahan, menambah lapisan suspense. Semua elemen menyatu, membuat penonton tidak hanya menyaksikan, tapi turut larut dalam pengalaman “tinggal” di rumah Warren.
Akting dan Karakterisasi
Performa Patrick Wilson dan Vera Farmiga memberi warna autentik pada karakter Ed dan Lorraine. Chemistry yang terbentuk bukan sekadar interaksi pelengkap, melainkan tulang punggung drama.
Adegan Lorraine terpuruk, didukung Ed dengan keyakinan, menjadi momen berkesan yang membangkitkan empati. Dialog mereka mengena, memperlihatkan cinta dan ketakutan manusiawi tanpa melodrama, sekaligus menggambarkan perjuangan pasangan di tengah konflik batin dan trauma masa lalu.
Tema dan Pendalaman Cerita
Film berani tampil dengan ritme pelan, membangun tensi lewat suspense dan drama. Isu keimanan, kelelahan spiritual, serta beban menjadi medium dipaparkan detail, menambah kedalaman tema yang jarang dieksplor di prekuel. Konflik batin Lorraine memberikan sentuhan manusiawi, sementara refleksi keberanian Ed mengangkat nilai spiritual yang memperkaya narasi.
Fakta Produksi & Trivia Behind-the-Scene
Mengenal proses produksi sebuah film terkadang jadi nilai tambah bagi pengalaman menonton. The Conjuring: Last Rites punya sederet fakta unik dan trivia menarik, mulai lokasi syuting hingga detail simbol waralaba.
Lokasi Syuting
Proses syuting menggunakan rumah asli keluarga Warren, menghadirkan nuansa nyata dan menghadirkan “roh” kisah di properti lawas, foto keluarga otentik, serta perabot vintage. Tim produksi sangat menjaga keaslian agar tidak kehilangan aura mistis yang telah melekat selama puluhan tahun.
Scoring Audio
Komposer ternama Joseph Bishara memadukan instrumen klasik era 70-an, mulai dari dentingan piano hingga biola tipis, dengan sentuhan digital kontemporer.
Hasil racikannya mampu menciptakan suasana mencekam sekaligus membangkitkan nostalgia, menjadikan scoring di setiap adegan utama sebagai elemen tak terpisahkan dari identitas audio franchise The Conjuring.
Easter Egg Visual dan Simbol
Fans setia disuguhi detail-detail tersembunyi berupa lukisan di dinding, boneka Annabelle, dan mainan klasik yang semuanya punya sejarah di waralaba. Simbol-simbol spiritual, salib antik, hingga buku investigasi Warren muncul sebagai “penanda” buat pengamat detail—menciptakan sensasi tersendiri di setiap penemuan.
Data Box Office & Respons Penonton
Keberhasilan The Conjuring: Last Rites terlihat dari pencapaian box office dan diskusi di berbagai platform.

Perolehan Box Office
Penayangan dua minggu sukses menarik 3,1 juta penonton di Indonesia, mencatat rekor baru untuk kategori film horor tahun ini. Sementara itu, di Amerika Serikat, dalam pekan pertama saja, pendapatan mencapai lebih dari USD 30 juta.
Capaian tersebut menempatkan Last Rites di jajaran film horor terpopuler 2025, bahkan melampaui performa beberapa blockbuster mainstream yang rilis di waktu yang sama.
Respons & Review Penonton
Komentar di sosial media dan forum film horor tanah air ramai membahas chemistry Farmiga dan Wilson, serta kekuatan tema keluarga. Sebagian penikmat horor murni bahkan sempat berharap film ini menyajikan lebih banyak adegan supranatural, tapi akhirnya diskusi yang paling sering mencuat justru seputar makna dan keteguhan karakter utama.
Tidak heran jika beberapa thread viral di komunitas bahkan mengangkat pesan perpisahan saga Warren sebagai titik utama obrolan.
Analisa Budaya & Dampak Industri Horor
Dampak film horor biasanya meluas ke budaya populer, dan Last Rites pun memberi pengaruh yang signifikan.
Transformasi Horor menjadi Humanis
Pendekatan dramatis dan unsur spiritual yang diangkat dalam Last Rites jelas membedakan film ini dari dua saga pendahulunya. Penonton tidak sekadar disuguhi ketakutan, tetapi diajak turut menyelami trauma, harapan, dan pergulatan batin karakter utama.
Genre horor kini lebih reflektif, mendorong kita untuk merenungkan sisi manusia di balik teror mistis, bukan hanya terkejut oleh “jump scare”.
Perubahan ini terlihat nyata sebagai bagian dari tren horor modern yang kini lebih mengangkat isu psikologis dan emosional ketimbang sensasi menakutkan semata.
Pop Culture dan Peningkatan Minat
Era Warren memperkaya budaya pop dengan visual rumah tua, simbol spiritual, dan dialog ikonik yang sering diadaptasi ke konten digital, meme, dan cosplay. Kisah nyata Warren mendorong pencarian sejarah asli mereka, memperluas wawasan masyarakat terhadap dunia paranormal.
Diskusi Komunitas dan Potensi Spin-off
Gelombang diskusi di media sosial dan komunitas film semakin marak. Penonton membedah dampak psikologis dan relevansi sosial, serta meramalkan peluang spin-off baru tentang kasus-kasus Warren.
Last Rites menegaskan bahwa gaya horor reflektif dan spiritual semakin populer dan kemungkinan akan mendominasi industri film horor dalam beberapa tahun ke depan.
Key Notes Review The Conjuring: Last Rites (2025)
1. Sorotan Sinematik
- Film membawa penonton ke investigasi terakhir Ed & Lorraine Warren.
- Menampilkan lebih dari teror—menggali isu keimanan, ikatan keluarga, dan pergulatan batin Lorraine.
- Setting rumah tua di Connecticut memperkuat nuansa misteri dan pesan perpisahan.
2. Pengalaman dan Premis Utama
- Detail visual, chemistry pemeran utama, dan desain scorings jadi kekuatan utama film.
- Setiap aspek sinematik mendukung pengalaman emosional dan horor.
3. Visual, Atmosfer, dan Sound Design
- Sinematografi oleh Michael Burgess penuh cahaya temaram, lorong sempit, dan barang antik bernuansa nostalgia.
- Skoring Joseph Bishara: perpaduan instrumen vintage (piano, biola) dan digital modern.
- Efek suara (lantai berderit, bisikan, napas) memperkuat suspense dan kesan “masuk ke rumah Warren”.
4. Kualitas Akting dan Karakterisasi
- Patrick Wilson & Vera Farmiga tampil autentik, chemistry jadi tulang punggung drama.
- Adegan emosional Lorraine dan dukungan Ed menjadi momen kuat yang membangkitkan empati.
- Dialog keduanya memperlihatkan perjuangan manusiawi serta trauma masa lalu.
5. Tema dan Pendalaman Cerita
- Film punya pace lambat, membangun tensi lewat suspense–bukan jump scare.
- Isu keimanan & beban spiritual ditampilkan detail.
- Konflik batin Lorraine dan keberanian Ed memperkaya makna cerita.
6. Fakta Produksi & Trivia
- Syuting di rumah asli Warren—bukan sekadar set.
- Properti asli dan foto keluarga dipakai untuk menjaga nuansa historis.
- Audio scoring memadukan instrumen klasik dan digital kontemporer.
- Banyak easter egg visual: mainan, boneka Annabelle, simbol spiritual khas franchise.
7. Box Office dan Respons Penonton
- Dua minggu tayang: 3,1 juta penonton di Indonesia (rekor horor tahun ini).
- Amerika: Pekan pertama lebih dari USD 30 juta, bersaing dengan blockbuster lainnya.
- Komunitas horor memuji chemistry aktor dan tema keluarga; kritik minor pada porsi horor supranatural.
8. Viral & Diskusi Komunitas
- Forum dan media sosial ramai membahas kekuatan drama dan makna perpisahan saga Warren.
- Diskusi sering berpusat pada relevansi tema, bukannya aksi horor semata.
9. Analisa Budaya & Dampak
- Film membentuk tren horor yang lebih reflektif dan spiritual.
- Mendorong penonton merenungi dimensi psikologis, bukan sekadar sensasi takut.
- Visual, simbol, dialog—semua memperkaya budaya pop dan mendorong riset sejarah Warren.
- Diskusi komunitas ramai dengan prediksi spin-off kasus Warren berikutnya.
Kesimpulan Review
The Conjuring: Last Rites bukan sekadar film horor, namun juga penutup kisah pasangan Warren dengan campuran emosi, nostalgia, dan spiritualitas. Chemistry aktor, visual klasik, dan drama mendalam menjadikan film ini sebagai salam pamungkas yang layak dikenang. Cocok bagi penikmat horor matang dan mereka yang ingin merasakan kisah manusia di balik misteri supranatural.
FAQs The Conjuring: Last Rites
Apakah The Conjuring: Last Rites cocok untuk penonton baru?
Ya, film ini tetap bisa dinikmati penonton yang belum mengikuti dua saga sebelumnya. Namun, penonton lama akan lebih merasakan nostalgia dan pesan perpisahan karakter Warren.
Apakah film ini seram seperti dua seri Conjuring sebelumnya?
Intensitas horor sedikit lebih rendah. Fokus utama ada pada drama keluarga, keimanan, dan tema emosional daripada aksi supranatural atau jump scare.
Siapa yang menjadi pemeran utama di Last Rites?
Patrick Wilson sebagai Ed Warren dan Vera Farmiga sebagai Lorraine Warren tetap menjadi pemeran sentral dengan chemistry yang kuat.
Apakah syuting benar-benar dilakukan di rumah Warren asli?
Ya, proses syuting memanfaatkan properti dan rumah nyata keluarga Warren, sehingga nuansa dan aura mistis lebih terasa autentik di layar.
Apa saja detail produksi unik di film?
Properti antik, foto keluarga asli, teknik audio scoring gabungan instrumen vintage dan digital, serta banyak easter egg visual dari waralaba Conjuring.
Berapa pencapaian box office film ini?
Di Indonesia, film ini ditonton lebih dari 3,1 juta penonton dalam dua minggu penayangan. Di Amerika, pendapatan pekan pertama melampaui USD 30 juta.
Bagaimana respons komunitas horor dan kritik penonton?
Mayoritas penonton memuji dinamika drama keluarga dan chemistry aktor; beberapa fans horor murni berharap lebih banyak adegan supranatural. Diskusi di forum dan media sosial banyak menyorot makna dan pesan perpisahan saga Warren.
Apakah film ini menetapkan tren baru di genre horor?
Last Rites memperkuat tren horor reflektif, yang lebih mengangkat isu psikologis, spiritualitas, dan hubungan keluarga ketimbang sekadar mengejutkan penonton dengan jump scare.
Apakah ada trivia atau simbol tersembunyi yang perlu dicari?
Banyak easter egg berupa boneka Annabelle, lukisan spiritual, dan barang-barang khas Warren muncul di beberapa adegan. Fans waralaba disarankan memperhatikan setiap detail visual di film.



Develop your NGO website amazingly with MasterStudy LMS plugin & Templates bundles.
With MasterStudy WordPress LMS Plugin you can create comprehensive online courses, easily sell your courses online, and build an international community.