Novel Rasina karya Iksaka Banu mengajak kita merasakan pengalaman itu melalui mata seorang perempuan bisu yang menjadi saksi bisu kekejaman sejarah.
Buku ini bukan sekadar cerita fiksi biasa. Ini adalah perjalanan emosional yang akan mengubah cara pandang kita terhadap sejarah Indonesia.
Data Buku
- Judul: Rasina
- Penulis: Iksaka Banu
- Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
- Terbit: 23 Februari 2023
- Halaman: 616 halaman
- Genre: Fiksi sejarah, drama periode
- Rating: 4.5/5
Rasina adalah novel ketiga Iksaka Banu yang mengangkat tema kolonialisme setelah kesuksesan Semua untuk Hindia. Kali ini, ia menggali lebih dalam tentang praktik perbudakan yang jarang diungkap dalam buku sejarah mainstream.
Mengapa Iksaka Banu adalah Penulis yang Tepat?
Iksaka Banu lahir di Yogyakarta pada 7 Oktober 1964. Sebelum menjadi penulis terkenal, ia berkarier 16 tahun di dunia periklanan.
Pengalaman di bidang komunikasi visual membuatnya mahir menyajikan cerita dengan cara yang mudah dicerna. Karya sebelumnya, Semua untuk Hindia, meraih Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa pada 2014.

Iksaka juga pernah menerima Penghargaan Pena Kencana dua kali berturut-turut. Reputasinya sebagai penulis sejarah yang akurat dan menyentuh sudah tidak diragukan lagi.
Minatnya pada dunia tulis-menulis sudah tampak sejak kanak-kanak. Karya pertamanya dimuat di rubrik anak Harian Angkatan Bersenjata ketika berusia 10 tahun.
Sinopsis yang Bikin Penasaran
Protagonis Utama: Joost Borstveld
Tokoh utama kita bernama Joost Borstveld, seorang landdrost atau sheriff di Batavia tahun 1755. Ia bertugas mengungkap kasus penyelundupan opium dan budak yang merugikan VOC.
Joost bekerja sama dengan Jan Aldemaar Staalhart, seorang baljuw (kepala polisi) yang lurus dan idealis. Mereka dibantu para kaffer, yaitu budak kulit hitam yang sudah dimerdekakan.
Target penyelidikan mereka adalah Jacobus de Vries, saudagar kaya dengan kelainan seksual. Meski terkenal saleh dan dermawan, de Vries menyimpan kejahatan keji di balik topengnya.
Benang Merah: Rasina si Budak Bisu
Semua kasus yang diselidiki terhubung pada satu sosok: Rasina. Ia adalah budak perempuan keturunan orang kaya Banda yang dibantai Jan Pieterszoon Coen pada 1621.
Rasina menjadi bisu karena lidahnya dipotong oleh majikannya, Jacobus de Vries. Ia menjadi kunci penting dalam mengungkap jaringan kejahatan yang kompleks.
Melalui Rasina, kita akan melihat betapa kejamnya praktik perbudakan dan perdagangan manusia pada masa itu. Tubuhnya menjadi saksi bisu kekejaman yang tak terkatakan.
Struktur Alur: Masa Lalu dan Masa Kini
Novel ini menggunakan teknik alur ulang-alik yang brilliant. Cerita masa kini diwakili petualangan Joost dan Jan, sementara masa lalu diungkap melalui catatan harian.
Catatan harian tersebut ditulis oleh Hendriek Cornelis Adam, juru tulis sekaligus asisten pribadi Kapten Nicolaes van Waert. Ia ikut ekspedisi Gubernur Jenderal Coen ke Banda.
Melalui catatan Cornelis Adam, kita menyaksikan bagaimana VOC memaksa penduduk Banda keluar dari pulau mereka. Lalu terjadilah pembantaian massal yang mencatat sejarah kelam Indonesia.
Setidaknya 40 orang kaya Banda dibunuh dalam operasi yang dipimpin Coen. Angka ini hanya puncak gunung es dari genosida yang sesungguhnya terjadi.
Riset Mendalam yang Menakjubkan
Yang membuat novel ini istimewa adalah proses risetnya yang luar biasa teliti. Iksaka Banu memulai riset sejak 2018 dengan membuat cerpen sebagai cikal bakal.
Ia berencana melakukan riset langsung ke Kepulauan Banda pada 2020. Sayangnya, pandemi COVID-19 menggagalkan rencana tersebut.
Sebagai gantinya, Iksaka menggali literatur lama yang tersimpan di berbagai perpustakaan. Hasilnya adalah detail sejarah yang akurat dan memikat.
Dari halaman pertama, pembaca langsung disuguhkan peta Banda yang detail. Ada juga indeks institusi di Batavia dan struktur organisasi VOC yang rumit.
Bahkan tersedia peta digital tambahan yang bisa diakses pembaca. Semua ini membantu kita memahami konteks geografis dan politik pada masa itu.
Kelebihan yang Bikin Terpukau

Karakter yang Hidup dan Bernyawa
Iksaka berhasil menghidupkan karakter-karakter yang sudah mati ratusan tahun lalu. Joost Borstveld terasa seperti detektif modern yang terjebak di masa kolonial.
Jan Aldemaar Staalhart digambarkan sebagai pria idealis yang berjuang melawan sistem korup. Konflik batin mereka terasa autentik dan menyentuh.
Para karakter pendukung juga tidak asal tempel. Setiap tokoh punya motivasi dan latar belakang yang jelas, membuat dunia cerita terasa utuh.
Data Sejarah yang Jarang Diketahui
Novel ini mengungkap fakta-fakta sejarah yang jarang diajarkan di sekolah. Misalnya, keterlibatan samurai Jepang dalam pembantaian Banda.
Ternyata banyak ronin (samurai tanpa tuan) yang menjadi tentara bayaran VOC. Mereka ikut melakukan genosida dengan keahlian bertarung yang mematikan.
Detail lain yang menarik adalah struktur sosial Batavia yang kompleks. Ada pembagian kasta yang ketat antara Eropa, Indo, Tionghoa, Arab, dan pribumi.
Gaya Bahasa yang Mengalir Natural
Meski berlatar abad ke-18, bahasa yang digunakan tidak kaku atau ketinggalan zaman. Iksaka pandai memilih diksi yang indah tapi tetap mudah dipahami.
Dialog antar karakter terasa natural dan tidak dipaksakan. Kita seolah mendengar percakapan sungguhan, bukan sekadar bacaan di atas kertas.
Deskripsi setting juga sangat vivid dan immersive. Pembaca seolah bisa mencium bau rempah di pasar Batavia atau merasakan hawa lembab pelabuhan.
Thriller Sejarah yang Mencekam
Meski bertemakan sejarah, novel ini dikemas dalam format thriller yang menegangkan. Setiap bab meninggalkan cliffhanger yang bikin penasaran.
Misteri penyelundupan opium dan budak diungkap perlahan layaknya puzzle. Pembaca diajak menjadi detektif yang memecahkan kasus bersama protagonis.
Ketegangan semakin meningkat ketika Joost dan Jan mulai mendekati kebenaran. Nyawa mereka terancam karena melawan sindikat yang berkuasa.
Kekurangan yang Perlu Dipertimbangkan
Pengembangan Karakter Rasina yang Kurang
Ironisnya, Rasina sebagai tokoh sentral justru kurang mendapat eksplorasi mendalam. Karena ia digambarkan sebagai budak bisu, karakternya terasa pasif dan statis.
Kita tidak bisa merasakan pergolakan batin Rasina secara total. Padahal ia adalah korban yang paling menderita dalam cerita ini.
Sebagai benang merah yang menghubungkan seluruh plot, Rasina seharusnya mendapat porsi karakterisasi yang lebih besar. Sayangnya, keterbatasan fisiknya (bisu) membatasi eksplorasi psikologisnya.
Adegan Persidangan yang Bertele-tele
Bagian persidangan di akhir novel terasa berbelit dan membosankan. Pembaca yang tidak sabaran mungkin akan tergoda untuk skip bagian ini.
Prosedur hukum pada masa VOC memang rumit, tapi penyajiannya bisa dibuat lebih dinamis. Adegan ini terasa seperti ceramah sejarah ketimbang bagian dari novel thriller.
Ritme cerita yang tadinya mengalir cepat tiba-tiba melambat drastis di bagian ini. Hal ini bisa merusak momentum yang sudah dibangun sebelumnya.
Aksi Tembak-menembak yang Kurang Greget
Beberapa adegan action, terutama tembak-menembak, terasa seperti tempelan koboi-koboian. Tidak ada ketegangan yang benar-benar memacu adrenalin.
Kontras dengan adegan duel tangan kosong antara Joost dan Izaak yang digambarkan dengan keren. Ketidakkonsistenan ini agak mengganggu pengalaman baca.
Mungkin Iksaka lebih mahir menggambarkan pertarungan fisik ketimbang aksi dengan senjata api. Atau memang adegan tembak-menembak sengaja dibuat tidak terlalu brutal.
Villain Utama yang Kurang Mengerikan
Jacobus de Vries sebagai antagonis utama terasa kurang dikembangkan. Padahal karakternya berpotensi menjadi final boss yang benar-benar mengerikan.
Kekuatan finansial dan sosialnya yang besar hanya dijadikan pajangan. Ia terkesan pasif dan tidak memberikan perlawanan yang berarti kepada protagonis.
Seharusnya de Vries bisa digambarkan lebih gahar dan mengerikan. Kelainan seksualnya juga bisa dieksplorasi lebih dalam tanpa harus vulgar.
Ending yang Menggantung
Akhir cerita terasa tidak tuntas dan menggantung. Rasina dibawa oleh Johan Christian Pielat, seorang vrijburgher yang memenangkan pelelangan.
Kita tidak tahu apakah Rasina akan hidup bahagia atau malah mengalami penderitaan baru. Ketidakpastian ini bisa membuat frustasi sebagian pembaca.
Mungkin Iksaka sengaja membuat ending terbuka untuk memberikan ruang interpretasi. Tapi ada baiknya memberikan hint tentang masa depan Rasina.
Pesan Moral yang Mendalam
Sejarah Sebagai Cermin Masa Kini
Novel ini mengingatkan kita bahwa sejarah bukan hanya kumpulan tanggal dan nama. Sejarah adalah tentang manusia dengan segala perjuangan dan penderitaannya.
Praktik korupsi, perdagangan manusia, dan penyalahgunaan kekuasaan yang digambarkan masih relevan dengan kondisi sekarang. Sejarah memang berulang dalam bentuk yang berbeda.
Kita diajak untuk tidak mengulangi kesalahan masa lalu. Perjuangan Joost dan Jan melawan sistem korup adalah teladan bagi generasi sekarang.
Kemanusiaan di Atas Segalanya
Melalui penderitaan Rasina dan korban-korban lainnya, kita diingatkan pentingnya menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Tidak ada alasan untuk memperlakukan sesama secara tidak manusiawi.
Status sosial, ras, atau agama tidak boleh dijadikan alasan untuk mendiskriminasi. Setiap manusia berhak hidup dengan martabat yang sama.
Novel ini juga mengkritik sistem perbudakan yang merendahkan derajat manusia. Meski sudah dihapus secara formal, praktik serupa masih terjadi dalam bentuk lain.
Keberanian Melawan Ketidakadilan
Joost dan Jan memberikan teladan tentang pentingnya keberanian melawan ketidakadilan. Meski menghadapi sistem yang korup, mereka tidak menyerah begitu saja.
Perjuangan mereka mengingatkan kita bahwa perubahan dimulai dari keberanian individu. Tidak ada gunanya mengeluh tanpa ada upaya untuk memperbaiki keadaan.
Kadang melawan ketidakadilan membutuhkan pengorbanan besar. Tapi tanpa keberanian itu, ketidakadilan akan terus berlangsung dari generasi ke generasi.
Untuk Siapa Novel Ini Cocok?
Pecinta Fiksi Sejarah
Jika kamu menyukai novel berlatar sejarah dengan riset mendalam, Rasina adalah pilihan yang tepat. Kualitas penelitiannya setara dengan karya akademis.
Detail sejarah yang akurat membuat pembaca merasa benar-benar berada di masa kolonial. Pengalaman immersive ini jarang ditemukan di novel fiksi sejarah lainnya.
Bagi yang bosan dengan pelajaran sejarah di sekolah yang kering, novel ini menawarkan cara belajar yang lebih menyenangkan dan berkesan.
Penggemar Thriller dan Misteri
Meski bertemakan sejarah, novel ini dikemas dalam format thriller yang menegangkan. Setiap bab meninggalkan cliffhanger yang bikin penasaran.
Misteri penyelundupan opium dan budak diungkap perlahan seperti puzzle. Pembaca diajak menjadi detektif yang memecahkan kasus bersama protagonis.
Bagi penggemar Sherlock Holmes atau Agatha Christie, novel ini menawarkan pengalaman serupa dengan setting yang eksotis dan unik.
Akademisi dan Peneliti Sejarah
Novel ini bisa menjadi referensi alternatif untuk memahami masa kolonial dari perspektif yang berbeda. Data sejarah yang disajikan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pendekatan naratif membuat informasi sejarah lebih mudah dicerna ketimbang buku teks yang kering. Cocok untuk dosen atau guru yang ingin metode pengajaran yang kreatif.
Peneliti sejarah juga bisa memanfaatkan novel ini sebagai bahan diskusi tentang interpretasi peristiwa sejarah dari sudut pandang korban.
Tips Membaca Novel Rasina
Siapkan Mental dan Emosi
Novel ini mengandung banyak adegan kekerasan dan penyiksaan yang digambarkan secara detail. Pastikan kamu dalam kondisi mental yang stabil sebelum membaca.
Jangan memaksakan diri jika merasa terganggu dengan konten yang berat. Istirahat sejenak dan lanjutkan ketika sudah siap secara emosional.
Ingat bahwa ini adalah fiksi berdasarkan sejarah, bukan dokumenter yang harus diambil mentah-mentah. Nikmati sebagai karya sastra yang menghibur sekaligus mengedukasi.
Manfaatkan Perangkat Bantu
Jangan skip bagian peta dan indeks di awal buku. Perangkat ini sangat membantu memahami konteks geografis dan sosial pada masa itu.
Catat nama-nama tokoh dan tempat yang berulang muncul. Dengan 616 halaman, mudah lupa siapa dan di mana jika tidak dicatat.
Manfaatkan juga peta digital tambahan yang disediakan. Visualisasi geografis akan memperkaya pengalaman membaca.
Diskusikan dengan Orang Lain
Setelah selesai membaca, diskusikan dengan teman atau keluarga tentang isi novel. Berbagi perspektif akan memperkaya pemahaman tentang pesan yang ingin disampaikan.
Ikuti komunitas pembaca atau book club yang membahas fiksi sejarah. Diskusi grup akan memberikan insight yang mungkin terlewat saat membaca sendiri.
Jangan ragu untuk mencari referensi tambahan tentang sejarah Banda atau VOC. Semakin banyak konteks yang dipahami, semakin kaya pengalaman membacanya.
Pertanyaan yang Sering Ditanyakan
Apakah tokoh Rasina benar-benar ada dalam sejarah?
Rasina adalah tokoh fiksi yang diciptakan Iksaka Banu. Namun, latar sejarah dan peristiwa yang menimpa karakternya berdasarkan fakta sejarah yang akurat tentang pembantaian Banda 1621.
Mengapa novel ini dikategorikan dewasa?
Novel ini mengandung adegan kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual yang digambarkan secara eksplisit. Konten ini tidak cocok untuk pembaca di bawah 17 tahun.
Apakah ada sekuel dari novel Rasina?
Sampai saat ini belum ada pengumuman resmi tentang sekuel. Namun mengingat ending yang menggantung, tidak menutup kemungkinan Iksaka Banu akan melanjutkan kisah Rasina.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membaca novel ini?
Dengan ketebalan 616 halaman dan konten yang berat, pembaca rata-rata membutuhkan 2-4 minggu untuk menyelesaikannya. Tapi ini sangat tergantung kecepatan baca masing-masing.
Apakah perlu membaca karya Iksaka Banu lainnya terlebih dulu?
Tidak perlu. Rasina berdiri sendiri sebagai novel independen. Meski merupakan pengembangan dari cerpen “Kalabakka”, pembaca baru tetap bisa menikmatinya tanpa perlu membaca karya sebelumnya.
Kesimpulan: Masterpiece yang Menggugah
Rasina adalah karya ambisius yang berhasil mengangkat sejarah kelam Indonesia dengan pendekatan yang segar dan menegangkan. Meski memiliki beberapa kekurangan, novel ini tetap layak mendapat apresiasi tinggi.
Kelebihan utamanya terletak pada riset yang mendalam dan kemampuan Iksaka Banu menghidupkan masa lalu. Sejarah yang biasanya kering dan membosankan disajikan dalam kemasan thriller yang mencekam.
Kelemahan dalam pengembangan karakter beberapa tokoh tidak mengurangi nilai keseluruhan novel. Ini tetap menjadi bacaan wajib bagi siapa saja yang ingin memahami masa kolonial dari perspektif yang berbeda.
Rekomendasi: Sangat direkomendasikan untuk pembaca dewasa yang menyukai fiksi sejarah berkualitas. Siapkan mental untuk konten yang berat, tapi bersiaplah juga mendapat pengalaman membaca yang tak terlupakan.
Novel ini membuktikan bahwa sejarah Indonesia masih menyimpan banyak cerita yang layak diangkat. Rasina bukan hanya hiburan, tapi juga pelajaran berharga tentang kemanusiaan dan keadilan.